Bagaimana mekanisme tubuh dalam mengatasi syok ? Apa
sebenarnya syok itu ? Dan apa penyebabnya? Dalam dunia medis dikenal istilah
syok. Syok adalah suatu keadaan dimana terjadi kekosongan didalam pembuluh
darah terutama arteri. Seperti yang kita ketahui didalam tubuh darah diangkut
melalui pembuluh darah. Dan darah tetap akan berada didalam jalur lintasannya
yaitu pembuluh darah. Artinya darah tidak boleh keluar dari dalam pembuluh
darah. Tubuh memiliki mekanisme agar darah tetap dapat dipertahankan berada
didalam pembuluh darah. Jika darah keluar dari darlam pembuluh darah oleh
sesuatu sebab, akan timbul suatu keadaan kegawatdaruratan yang disebut syok.
Jika keadaan ini tidak segera dapat diatasi maka penderita akan meninggal
dunia. Pada keadaan syok seluruh pembuluh arteri pada akhirnya akan melebar (
vasodilatasi ). Keadaan ini disebut hiperventilasi.
Pertanyaannya adalah bagaimana tubuh menjaga agar darah
tetap berada didalam pembuluh darah?
1
Yang pertama adalah adanya protein bermolekul
besar dalam plasma darah yang disebut Albumin. Didalam aliran darah terdapat
dua fraksi utama protein yaitu albumin dan globulin. Albumin adalah protein
dengan molekul besar sedang globulin bermolekul kecil. Ratio perbandingan
antara albumin dengan globulin adalah 2 : 1. Globulin yang beredar dalam aliran
darah lebih banyak dimanfaatkan untuk proses immunologi ( pembentukan gamma
gobulin ). Sedang albumin yang bermolekul besar memiliki daya menarik atau
menahan air yang besar ( sangat kuat ). Daya inilah yang menahan darah tetap
berada didalam pembuluh darah dan tidak dapat keluar meninggalkan pembuluh
darah.
2
Pada semua jaringan dan organ tubuh tersusun
atau terbentuk dari satuan unit terkecil yang disebut sel. Begitu juga halnya
dengan pembuluh darah baik arteri dan vena. Pada banyak sel-sel pembentuk
jaringan dan organ tubuh, sel-selnya dapat dilalui atau dilintasi oleh air,
keadaan ini disebut permeabel untuk dilalui air, tetapi pada sel-sel yang
membentuk pembuluh darah baik arteri dan vena, sel-selnya yang disebut endotel
tidak dapat dilalui atau dilintasi oleh albumin dalam darah ( impermeabel).
Sehingga dengan tidak adanya albumin yang dapat keluar maka airpun tidak dapat
kelar karena ya tarik albumin ini. Hal ini berlangsung terus kecuali terdapat
suatu keadaan dimana terjadi kehilangan albumin dalam darah.
Kedua hal diatas, sifat impermeabel dan daya tarik albumin
terhadap airlah yang tetap menjaga agar darah tetap berada didalam pembuluh
darah.
Kembali kepada bahasan tentang syok, syok adalah suatu
keadaan dimana darah pergi meninggalkan salurannya yaitu pembuluh darah,
sehingga pembuluh darah menjadi kosong atau hanya sedikit berisi darah. Jumlah
voleme darah pada tubuh manusia berkisar antara 4 – 6 liter. Hal ini
dipengaruhi oleh besarnya massa tubuh, berat dan jenis kelamin. Keadaan syok
juga dipengaruhi oleh jumlah volume darah ini. Pada pria dengan massa tubuh
lebih besar daripada wanita umumnya memliki darah yang lebih banyak. Pada orang
dengan jumlah darah kurang lebih 4 liter, kehilangan darah sekitar 700cc lebih
telah dapat menimbulkan syok. Dalam keadaan ini seperti dijelaskan diatas pada
akhirnya seluruh pembuluh darah arteri akan melebar ( vasodilatasi ). Keadaan
apa saja yang dapat menimbulkan syok.
1
Perdarahan dan Luka.
2
Kehilangan protein albumin dalam darah atau
kekuangan albumin darah.
Diatas telah dijelaskan bahwa sel pembuluh darah tidak dapat
dilalui air atau air tidak dapat keluar masuk sel pembuluh darah ( impermeable
). Jika terjadi luka pada bagian manapun dari tubuh dan oleh sebab apapun baik
kecelakaan maupun luka tusuk, sel-sel ini akan robek, rusak dan kehilangan
permeabilitasnya. Kerusakan ini akan menyebabkan darah keluar dari dalam
pembuluh darah, pembuluh darah akan kekurangan darah yang mengalir atau
kehilangan banyak darah, maka terjadila syok yang diakibatkan perdarahan.
Keadaan lain dapat terjadi dipicu oleh penyakit maag yang parah. Dimana terjadi
kerusakan pembuluh darah dan terjadi perdarahan lambung.
Pada suatu keadaan terjadi kehilangan albumin dalam darah
atau kadar albumin dalam darah berkurang dapat juga terjadi syok. Albumin
berfungsi mengikat air agar tidak meninggalkan pembuluh darah. Diatas
dijelaskan bahwa sel pembuluh darah tidak dapat dilalui albumin karena diameter
pori-porinya sangat kecil. Albumin yang tetap berada dalam pembuluh darah ini
memiliki daya tari yang kuat terhadap air. Sehingga airpun tidak dapat meninggakan
pembuluh darah. Hal inlah yang menjaga agar air tetap berada dalam pembuluh
darah. Namun pada beberapa penyakit dapat terjadi kehilangan albumin dalam
jumlah besar, sehingga dengan tidak ada atau kurangnya albumin dalam darah ini
maka kekuatan menarik airpun akan berkurang. Dan air segera akan keluar
meninggalkan pembuluh darah menuju ruangan diluar pembuluh darah yang disebut
ruangan intersisial ( interseluler). Dalam keadaan ini akan terjadi
pembengkakan pada seluruh badan penderita yang biasa disebut oedem Anasarka
karena ruangan-ruangan intersisial pada daerah tersebut dipenuhi oleh air. Jika
genangan ini terjadi pada paru-paru maka akan timbul keadaan ang disebut oedema
paru. Penderita dapat meninggal karena sesak nafas akibat situasi ini. Keadaan
kehilangan albumin dalam darah ini sering terjadi pada keadaan dibawah ini :
1
Penyakit-penyakit ginjal misalnya Sindroma
Nefrotik dan Glomerulus Nefritis Akut ( GNA ). Pada penyakit-penyakit ini akan
terjadi kerusakan kapiler-kapiler glomerulus ginjal. Sama halnya seperti
endotel pori-pori pembuluh darah, kapiler-kepiler ginjal inipun pori-porinya
kecil sehingga tidak dapat dilalui sel atau partikel-pertikel dengan ukuran
besar. Albumin berukuran besar sehingga tidak dapat melalui pori-pori kapiler
ginjal ini. Namun pada kerusakan akibat penyakit sindroma nefrotik dan
2
Anafilaksis, suatu alergi yang berat dapat
terjadi dipicu oleh antigen, substansi, zat atau partikel asin yang memasuki
tubuh. Dalam keadaan ini akan dilepas banyak mediator-mediator zat alergi
kedalam darah. Mediator-mediator ini akan melebarkan pori-pori sel endotel
pembuluh darah. Sehingga pori-pori endotel yang semula diameternya kecil
menjadi besar. Yang semula tidak dapat dilalui partikel albumin yang ukurannya
besar menjadi dapat dilalui albumin. Albumin segera akan bergerak meninggalkan
pembuluh darah dan diikuti air. Pembuluh darah akan kosong atau kekurangan
aliran darah, vasodilatasi dan hiperventilasi akan segera terjadi. Jika keadaan
ini tidak segera diatasi maka penderita dengan cepat akan meninggal.
3
Kekurangan albumin dalam darah juga dapat
terjadi pada penyakit-penyakit kekurangan asupan nutrisi ( Kurang Gizi )
keadaan ini disebut Marasmus. Pada orang-orang yang kekurangan asupan makanan
akibat kondisi sosial atau penyakit tertentu yang berakibat sulit menelan maka
akan terjadi kekurangan asupan makanan terutama protein. Albumin dan globulin
dibuat dan dibentuk dari protein yang kita makan. Jika asupan protein kurang
maka akan sedikit atau tidak ada albumin yang dibuat. Akan terjadi kekurangan
albumin dalam darah. Sehingga tidak ada yang dapat menahan air agar tetap
berada dalam pembuluh darah. Air akan segera meninggalkan pembuluh darah dan
syok pun dapat timbul kapan saja.
Dari penjelasan diatas setidaknya
memberi pemahaman kepada kita bagaimana syok dapat terjadi dan apa saja
penyebabnya. Pertanyaan lebih lanjut apa yang terjadi jika tubuh mengalami syok
atau apakah ada mekanisme tertentu dari tubuh jika syok benar-benar terjadi?
Pada saat tubuh kehilangan darah
dalam jumlah tertentu, maka darah yang mengalir akan berkurang jumlahnya
daripada biasa. Pada percabangan-percabangan arteri terdapat reseptor untuk
dapat mengontrol aliran darah yang mengalir. Pada saat aliran darah berkurang,
reseptor-reseptor ini akan terangsang dan bereaksi. Sebagai reaksinya
dikirimlah suatu signal ke otak dan pusat rasa haus pada Hipotalamus . Hipotalamus akan bereaksi dengan
melakukan 2 hal :
1 1
Rasa Haus Akan Timbul dan segera individu
tersebut memiliki keinginan untuk minum. Dari air yang diminum ini diharap
jumlah volume darah yang mengalir dapat segera dikoreksi.
2 2
Hipotalamus akan mengeluarkan substansi zat yang
merupakan partikel-partikel hormon antidiuresis ( ADH ). Hormon ini dibuat di
hipotalamus namun akan dibawa ke kelenjar Hipofisis Posterior melalui jalur
kapiler khusus yang disebut Jalur Portal Hipotalamus Hipofisis. Dari lobus
hipofisis posterior inilah hormon Antidiuresis ini akan diekresi kedalam darah.
Hormon ini akan terbawa aliran darah ke ginjal, dan akan bekerja pada bagian
distal dari ginjal. Keberadaan hormon ini pada bagian distal ginjal akan
mempengaruhi bagian distal tersebut untuk mengabsorbsi kembali secara
besar-besaran air yang mengalir pada tubulus distal ginjal. Hasil absorbi ini
akan dimasukkan kembali kedalam aliran darah. Sebagai hasil dari kerja hormon
ADH ini tidak akan ada urine yang terbentuk karena tubuh melakukan penghematan
air secara besar-besaran. Itulah sebabnya mengapa hormon ini disebut sebagai
hormon antidiuresis. Dari 2 hal ini yaitu reflek haus dan meminum sejumlah air
ditambah penghematan pengeluaran air tubuh diharapkan keadaan syok dapat segera
teratasi.
2 Jika dua mekanisme diatas telah
dilakukan namun keadaan syok belum teratasi maka tubuh akan melakukan tahapan
kedua dari perlindungan tubuh terhadap bahaya syok. Tahapan ini dilakukan
dengan melepaskan 2 hormon kedalam aliran darah. Kedua hormon tersebut adalah:
1
Adrenalin yang dilepaskan Bagian medula Kelenjar
Adrenal Ginjal. Ginjal terdiri dari 2 bagian, bagian luar disebut bagian
korteks menghasilkan hormon kortikosteroid dan bagian dalam disebut bagial
Medula yang menghasilkan hormon Adrenalin. Hormon adrenalin ini termasuk hormon
stress, jika hormon ini keluar dan terdapat pada aliran darah akan menyebabkan
penyempitan lubang ( lumen ) pembuluh darah arteri atau yang dikenal dengan
nama Vasokonstriksi. Vasokonstriksi disini adalah vasokonstriksi yang bersifat
temporer atau berlangsung hanya sementara saja. Adrenalin ini dapat disekresi
jika ada rangsangan dari hormon Adenocorticotropik Hormon ( ACTH ) yang
dihasilkan bagian Anterior Hipofisis.
2
Pada tahapan kedua ini selain melepas adrenalin,
akan dilepas juga Noradrenalin oleh serabut-serabut saraf arteriol. Pada Arteri
dan arteriol terdapat reseptor alpha. Jika reseptor alpha ini dirangsang oleh
penurunan tekanan pada pembuluh darah arteri akibat berkurangnya aliran darah
yang mengalir, maka sebagai kompensasinya akan dilepaskan Noradrenalin
tersebut. Sama seperti adrenalin, noradrenalin bersifat vasokontriktor kuat.
Keberadaan noradrenalin akan menyebabkan pengecilan lumen atau lubang dari
seluruh arteriol tubuh. Sehingga tekakan darah akan naik. Namun penyempitan
lumen disini bersifat sementara atau temporer. Jika tekanan darah dapat
dinaikkan diharapkan keadaan syok dapat segera teratasi.
3 Jika pada tahapan 2 diatas syok
belum teratasi juga maka kompensasi tubuh terhadap keadaan syok akan melakukan
tahapan yang ketiga. Tahapan yang ketiga ini adalah tahapan yang terakhir
melalui pengaktifan sistem RAAS ( Renin Angiostensin Aldosteron Sistem ). Apa
itu RAAS sistem? RAAS adalah mekanisme terakhir perlindungan tubuh dalam
mengatasi syok. Efek yang akan ditimbulkan oleh pengaktifan RAAS sistem ini
akan bersifat permanen. Mekanisme kerja RAAS adalah sebagai berikut. Setiap ginjal yang sakit
akan melepaskan suatu zat yang dinamakan Renin. Pada tahap kedua diatas
dikatakan bahwa efek adrenalin dan noradrenalin menyebabkan vasokonstriksi atau
pengecilan lumen ( lubang ) seluruh arteri dan arteriol pada tubuh. Tidak terkecuali
juga arteri Renalis yang menyuplai darah ke ginjal. Vasokonstriksi arteri
renalis ke ginjal ini menyebabkan suplai darah ke ginjal berkurang. Seperti
kita tahu oksigen dan nutrisi diangkut ke seluruh jaringan dan organ tubuh
melalui aliran darah. Berkurangnya suplai darah ke ginjal berakibat
berkurangnya pasokan oksigen dan nutrisi ke ginjal terutama oksigen. Hal ini
akan berdampak ginjal mengalami hipoksia jaringan dan berakibat beberapa
sel-sel ginjal mengalami kerusakan. Kerusakan sel-sel ginjal ini akan
menyebabkan dilepaskannya Renin ke dalam darah. Apa yang terjadi setelah Renin
dilepaskan kedalam aliran darah? Didalam aliran darah normalnya terdapat
substansi yang disebut Angiostensinogen. Angiostensinogen ini adalah bentuk
yang tidak aktif ( inaktif ). Jika terdapat renin dalam darah angiostensinogen
ini menjadi aktif. Didalam darah juga terdapat suatu substansi lain yang
disebut angiostensin 1. Angiostensinogen yang inaktif tidak akan mempunyai efek
terhadap angiostensin 1. Namun jika angiostensinogen tersebut telah diaktifkan
oleh renin maka angiostensinogen tersebut akan mengubah angiostensin 1 menjadi
angiostensin 2. Disinilah muncul masalahnya. Angiostensin 2 ini adalah
vasokontriktor pembuluh darah arteri yang sangat kuat sekali. Keberadaan angiostensin
2 ini dapat membuat seluruh pembuluh darah arteri tubuh menjadi vasokontriksi
secara permanen. Jika keadaan ini disebabkan oleh penyakit ginjal maka
penderita akan menderita tekanan darah tinggi berat yang menetap. Namun pada
keadaan syok hal ini merupakan mekanisme fisiologis tubuh untuk mengatasi syok yang terjadi . Jika
mekanisme ini gagal juga dan syok tetap tidak teratasi maka penderita akan
meninggal dunia.
Jadi dalam setiap kejadian syok secara spontan tubuh sebenarnya
melakukan 3 tahapan mekanisme perlindungan terutama terhadap organ-organ vital
seperti jantung dan otak dan juga secara bersamaan melakukan mekanisme otomatis
untuk mengatasi syok yang terjadi tersebut. Ketiga tahapan tersebut antara lain
:
1
Tahap 1 terdiri dari Reflek haus dan pelepasan
Antidiuretik Hormon ( ADH ) / Vassopressin.
2
Tahap 2 terdiri dari pelepasan adrenalin dan
noradrenalin dan
3
Tahap 3 pengaktifan RAAS sistem.
Pada tahap 1 yang tidak teratasi sebenarnya sudah harus
dilakukan intervensi dari luar oleh dokter berupa pemasukan cairan pengganti
atau darah sekaligus mencari dan menghentikan sumber perdarahan. Karena jika
mengandalkan mekanisme fisiologis tubuh ini saja sementara perdarahan tetap
berlangsung maka pasien juga dapat berada dalam keadaan bahaya.
Demikian penjelasan mengenai syok diatas semoga dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian. wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar